Selasa, 14 Juli 2009

ISRA' MI'RAJ SEBUAH TAHAPAN TRANSFORMASI HIDUP


Sebentar lagi umat muslim di seluruh dunia akan mengenang sebuah peristiwa fenomenal dalam sejarah agama Islam. Tepatnya pada tanggal 27 Rajab Allah menunjukkan kepada manusia yang selalu terbatas dalam pikiran dan logikanya namun selalu merasa bisa mengendalikan semua dengan akalnya. Semua kesombongan itu dimentahkan dengan secuil kuasa Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya yang terpilih (al mustofa) dengan jarak perjalanan yang tidak terhingga namun hanya dengan sekejap tidak melebihi hitungan hari.
Muhammad SAW atas kuasa Allah diperjalankan dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsha di Jerusalem yang dikenal dengan istilah Isra’. Selanjutnya Allah melanjutkan bukti kekuasaanNya dengan mengangkat Muhammad SAW dari Masjidil Aqsha sampai sidratul Muntaha di langit ketujuh. Hal yang luar biasa yang sungguh tidak semua orang bahkan nabi di dunia bisa mendapat anugerah dan kemurahan Allah dengan nikmat bertemu secara langsung dengan Allah SWT. Namun Muhammad SAW dengan kesahajaannya dileluasakan Allah untuk bertemu dengan Allah dan kemudian mendapat kepercayaan sebagai delegasi kepada umat untuk menyampaikan perintahNya kepada manusia di dunia.
***
Dalam sejarah agama Islam sebagai sebuah agama penyempurna yang dibawah oleh khotamil anbiya’ (penutup para nabi) mempunyai nilai inspirasi yang sangat luar biasa. Banyak hal yang sangat indah dan representative untuk dijadikan sebagai pedoman dalam menata hidup di dunia.
Semua itu terungkap apabila kita bisa dengan bijaksana menelaah tahap demi tahap dari peristiwa isra’ mi’raj baik pasca peristiwa maupun pasca peristiwa. Diawali dari pemahaman keadaan dan kondisi saat sebelum isra’ mi’raj bahwa nabi Muhammad sedang berjuang keras untuk memperkenalkan dan mendakwahkan keesaan Tuhan sebagi dzat yang patut disembah dalam hidup, bukannya patung dan berhala yang berbilang. Muhammad SAW memproklamirkan penolakannya terhadap tradisi masyarakat jahiliyah yang bangga atas perilaku kesewenangan, kedurjanaan, kelaliman. Tatanan masyarakat yang dianut sebagai system social adalah superioritas kesukuan. Kelompok yang mempunyai kekuatan dan harta bisa sewenang-wenang menindas yang lemah.
Nilai-nilai baru yang dibawa Muhammad dianggap mengancam eksistensi kemapanan tata social jahiliyah sehingga banyak penolakan bahkan konfrontasi secara terbuka dihadapi dakwah Muhammad. Tekanan social yang amat dahsyat, intimidasi psikologis yang begitu gencar selalu menimpa Muhammad.
Di tengah-tengah usaha Muhammad untuk selalu tegar dan tawakal dengan selalu memotivasi diri bahwa semua perjuangannya pasti mendapat jalan dari Allah, suatu peristiwa yang sangat menggoncang kestabilan jiwa yang sudah mulai terbangun. Siti Khadijah sang isteri tercinta dan paman sang pelindung setia dipanggil Allah meninggalkan Muhammad berjuang sendiri. Peristiwa ini sangat dahsyat menghantam kejiwaan Muhammad di tengah-tengah tekanan dan permusuhan orang-orang kafir quraish. Karena efek psikologis yang begitu besar terhadap Muhammad sehingga peristiwa ini dinamai dengan ‘amul huzni’ (atau tahun kesedihan.

***

Dengan segala daya upaya Muhammad selalu berusaha tegar dan tidak melupakan misi terutusnya beliau kepada umat sebagai perangkat perbaikan tata kehidupan manusia sebagai mahkluk bertuhan dan makhluk social. Beliau tidak surut dari semangat untuk mendakwahkan kebenaran Islam ditengah gelombang penolakan kafir quraish.
Atas prestasi kesabaran dan keteguhan Muhammad dalam mengemban misi kebenaran Islam tersebut, ternyata Allah tidak tinggal diam. Allah kemudian memerintahkan malaikat Jibril untuk menemui Muhammad dan mengajaknya untuk melakukan rihlah (perjalanan spiritual). Turunnya perintah Allah dengan mengutus Jibril untuk mendampingi Muhammad melakukan perjalanan, bisa diibaratkan bagai oase di tengah padang gurun yang tandus bagi Muhammad. Bagi orang biasa bisa diibaratkan setelah bekerja membanting tulang dan memerasa keringat selain mendapat gaji tetapi juga mendapat fasilitas wisata untuk rehat dan refresing. Kiranya kiasan tersebut cukup mewakili sebagai gambaran suasana hati yang dirasakan sang rasul dalam menjalani tugas dan panggilan TuhanNya.
Muhammad bersama Jibril dengan naik buroq yang diutus Allah melakukan perjalanan yang diawali dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsha di Jerusalem. Sepanjang perjalanna Muhammad menyaksikan banyak hal yang semakin meneguhkan niatnya untuk selalu memperjuangkan Islam sebagai agama yang membawa rahmat bagi semesta alam. Perjalanan Muhammad dilanjutkan dari Msajidil Aqsha menuju sidratul muntaha di langi ke tujuh untuk bertemu Allah. Dalam perjalanan sebuah pertemuan membahagiakan bak suntikan motivasi bagi Muhammad atas perjuangannya. Para nabi terdahulu dari Adam sampai Isa menyalami dan memberi ucapan “sebuah pertemuan yang indah” senantiasa terucap sebagai salam sapa antara Muhammad dengan para pendahulunya.
***
Puncak dari perjalanan menakjubkan Muhammad adalah peristiwa dimana Allah SWT sang khalik berkenan dan menyambut kedatangan sang rosulNya. Pertemuan ini sangat luar biasa karena dalam suatu riwayat dinyatakan bahwa belum ada satu pun rasul yang mengalami pengalaman sebagaimana yang dialami Muhammad SAW yaitu bertatap muka dengan Allah. Dalam sebuat riwayat juga dinyatakan bahwa nikmat yang paling besar bagi hamba yang bertakwa adalah bertemu dengan Tuhannya (Allah). Dalam surat al A’raf ayat 147 digambarkan secara gamblang betapa nabi Musa as. memohon kepada Allah untuk bertatap muka akan tetapi Musa tidak kuasa dan jatuh pingsan.
Selain berbuah pertemuan mahasuci tersebut Allah memberikan sebuah delegasi wewenang yang harus disampaikan kepada umatnya untuk mencapai kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat. Instruksi mulia tersebut berupa perintah menegakkan sholat 5 waktu dalam sehari semalam. Yang dalam proses pendelegasiannya menempuh proses toleransi dari Allah dan sumbangsih usul dan saran dari para pendahulu Muhammad.
Ibadah sholat adalah sebuah ibadah yang telah dirancang oleh Allah untuk dipahami dan dimanifestasikan oleh umat Muhammad dalam menjalani hidup di dunia sebagai hamba yang shaleh demi mencapai surga di sisi Allah. Sholat dalam prakteknya mempunyai dua dimensi penting yang terintegrasi bagi kehidupan manusia. Pertama, dimensi Ilahiyyah. Sholat mengajarkan agar manusia senantiasa menjaga kedisiplinan dalam hal menjaga kedekatan dengan Tuhannya dalam keadaan apapun untuk selalu ingat bahwa semua ada kekuasaan Allah yang mengaturnya. Kedua, dimensi social (ijtimaiyyah). Sholat mengajarkan manusia agar dalam menjalani kehidupannya di dunia untuk selalu menjaga kerukunan, pola hubungan yang harmonis, saling menjaga dan mengasihi, saling menghargai hak dan kewajiban masing-masing pihak tanpa ada batas duniawi kecuali hanya satu kesatuan ukhuwah islamiyah.
Secara lebih dalam apabila kita runtut dari awal peristiwa isra’ mi’raj maka kita akan mendapatkan gambaran tahapan sistematis pola kehidupan manusia yang diarahkan Allah untuk mengantarkan manusia pada tahap kebahagiaan yang hakiki.
***
Kiranya dengan mengidentifikasi dari proses terjadinya isra’ mi’raj dan hasil dari peristiwa tersebut, tidaklah berlebihan jika peristiwa isra’ mi’raj sebagai gambaran tahapan transformasi kehidupan jahiliyyah menuju kehidupan yang rahmatan lil ‘alamin jika umat bisa bijaksana dalam memandang dan memahami substansi pembelajaran dari peristiwa tersebut.
Dan perlu kita semua yakinkan bahwa setiap peristiwa atau hal yang ada diciptakan dan direkayasa oleh Allah tentulah mempunyai hikmah dan berkah bagi orang-orang yang sholeh dan berserah diri kepada Allah. Ada kekeliruan mohon maaf karena hanya sebuah hipotesa dan semoga bermanfaat. Amin.

1 komentar:

Arifal Javari mengatakan...

good, setiap orang ada saatnya harus ingat eksistensi hakiki dirinya di dunia

Posting Komentar