Minggu, 31 Januari 2010

Al qur'an yang telah terlupakan

Allah mengutus seorang hamba pilihan (al mustofa) Muhammad bin Abdullah sebagai utusan terakhir penyampai pesan kebenaran tidaklah tanpa grand desain yang penuh dengan kemahahebatan. Apabila kita bisa lebih mencermati dari proses lahir Muhammad bin Abdullah, lingkungan keluarganya, masa kecilnya, masa remaja dan dewasanya sampai masa dimana beliau ditahbiskan Allah sebagai Nabi dan Rosul dengan bekal Al Qur'an sebagai Panduan Risalah, dan Islam sebagai Akidah penuntun hidup, maka tidak akan pernah terucap dari mulut kita akan pengingkaran Kekuasaan Tuhan yang Ahad yaitu Allah dan kebenaran utusan-Nya Muhammad Khotamul Anbiya' Wal Mursalin.

Sungguh sangat merisaukan hati, apabila akhir-akhir ini banyak orang yang tersesat dari ajaran Islam. Banyak orang yang tanpa pengetahuan berani menobatkan diri sebagai Nabi dengan kitab suci mereka sendiri. Bahkan berani mengklaim kebenaran adalah di tangan mereka sementara Muhammad dan Risalahnya adalah sudah paripurna dengan hadirnya mereka yang berbekal bisikan yang dianggap wahyu.

Semua itu sebenarnya berpulang pada kurangnya orang Islam terhadap pengetahuan dan pemahaman terhadap al Qur'an sebagai pedoman hidup. Umat Islam hanya menganggap Al Qur'an sebagai kertas bertulis arab yang tiada arti hanya berupa kodifikasi. padahal jelas Nabi Muhammad berwasiat bahwa sepeninggal beliau warisan yang utama untuk dipedomi adalah Al Qur'an dan Hadis apabila umat benar-benar mau meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Oleh karena itu, lewat seklumit tulisan ini, kiranya tidak berlebihan apabila saya selaku sesama umat Islam mengingatkan kembali atas intisari pesan rosul:
"Khoirukum man ta'allamal Qur'ana wa'allamahu"
(Sebaik dari kalian adalah yang mau belajar al qur'an dan kemudian mengajarkannnya).

Selain dari sisi pemahaman, perlu juga kita memperdalam kemampuan kita dalam membaca al Qur'an secara benar dan sesuai dengan kaidahnya. Sungguh sebuah penganiayaan apabila kita memperlakukan al Qur'an dengan bacaan yang sekenannya. Belajar dan belajar untuk memperbaiki kualitas diri adalah suatu hal yang mulia daripada kita "jumud" dan berbangga atas kesalahan yang kita pertahankan secara "ta'asub".

semoga bermanfaat.

0 komentar:

Posting Komentar